KOMIK SISWA - Astra Z Chapter 1
On 9:54 AM
Karya: M. Hubbi Azza EL Qosyad kelas 6 Kesultanan Bima
Karya: M. Hubbi Azza EL Qosyad kelas 6 Kesultanan Bima
oleh: Naila Susilo, kelas 3 Kesultanan Ternate
Pagi itu ketika Naya sedang asyik bermain di kompleks perumahan, ia melihat Lala, tetangga sekaligus teman sekelasnya, sedang asyik memberi makan kelinci yang dipeliharanya. Melihat hal itu, ingin rasanya Naya memiliki peliharaan yang sama.
“Ma, aku boleh minta dibelikan kelinci,
nggak?” tanya Naya sesampainya ia di rumah.
“Naya pengen makan kelinci? Nanti mama
belikan sate kelinci ya,” ujar Mama menimpali.
“Bukan, Ma! Aku pengen pelihara kelinci
seperti Lala.” kata Naya.
“Naya sayang, memelihara hewan itu berat
lho. Harus rajin merawat, memberi makan, membersihkan kandangnya. Nah itu,
kucing peliharaan kita di rumah saja, Naya belum pernah sekali pun memberinya
makan.”
“Tolong ma. Naya janji akan selalu merawat
dan memberi makan kelinci Naya nanti.”
Karena sayang dengan Naya, akhirnya Mama
berkenan membelikan kelinci untuk Naya.
“Sekalian mengajarkan tanggung jawab pada
Naya.” Batin Mama
Akhirnya Naya bisa memiliki kelinci peliharaan.
Ia dibelikan dua ekor kelinci beserta kandang dan makananya. Naya juga menepati
janjinya dengan selalu memberi makan dan membersihkan kandang kelinci peliharaannya.
Selang beberapa waktu, Naya mulai lupa
dengan tanggung jawabnya terhadap peliharaannya. Ia kerap lupa membersihkan kendang
kelincinya. Ia bahkan sering lupa tidak memberi makan hewan peliharaannya
tersebut. Mama sudah beberapa kali mengingatkan, tapi Naya tetap asyik bermain
di luar rumah tiap hari. Akhirnya mama mengancam apabila kelincinya tidak
dirawat dengan baik, Mama akan menjual kelinci tersebut.
Karena tidak ingin kelincinya dijual,
sepulang sekolah Naya hendak memberi makan kelinci kesayangannya. Ternyata, salah satu kelinci yang pelihara
mati. Badanya terlihat kotor dan kurus karena kurang makan.
Melihat hal itu, Naya menangis sedih. Ia lalu
berjanji di dalam hati akan merawat kelincinya yang masih hidup. Ia akan selalu memberinya makan dan selalu membersihkan
kendang agar kelinci miliknya bisa tumbuh besar dan sehat. (zh-ed)
oleh: Farin, Kelas 6 Kesultanan Bima
Di
sebuah alam nan jauh di sana, tinggal sepasang suami istri bernama Rayyan dan
Lily. Mereka adalah pasangan penyihir yang tinggal di dunia penyihir. Rayyan
dan Lily memiliki anak kembar bernama Bulan dan Bintang. Dengan bola sihir yang
mereka miliki, mereka sering mengintip kehidupan dunia manusia yang tidak
memiliki sihir.
Suatu
ketika, Rayyan dan Lily membuat sebuah portal untuk menuju dunia manusia. Mereka
ingin mempelajari kehidupan manusia. Rayyan dan Lily merasa bahwa kehidupan yang
dilakukan manusia sangat menyenangkan. Meski tidak memiliki sihir, manusia
bisa melakukan banyak hal karena selalu bekerja sama dalam melakukan sesuatu. Setelah
portal berhasil terbentuk, mereka pun pergi ke dunia manusia dengan membawa
serta Bulan dan Bintang
Sampailah
mereka di sebuah pedesaan. Tetapi keluarga sihir itu sepakat untuk merahasiakan
identitas mereka. Mereka ingin mencoba menjalani kehidupan di dunia manusia tanpa
sihir yang mereka miliki. Rumah yang mereka dirikan pun mereka buat tanpa
menggunakan sihir.
Bertahun-tahun
mereka tinggal di pedesaan itu. Suatu ketika, Rayyan dan Lily mengalami
kecelakaan sampai merenggut nyawa mereka. Bulan dan Bintang sangat sedih atas
kematian orang tua mereka. Mereka merasa belum siap hidup sendiri di dunia
manusia. Karena itulah, mereka terkadang diam-diam menggunakan sihir untuk
memenuhi kehidupan mereka.
Pada
suatu hari, kekeringan melanda desa. Kemarau panjang menimpa desa tempat Bulan
dan Bintang tinggal. Banyak warga desa yang meninggal dunia karena kehausan dan
kelaparan. Melihat hal itu, Bulan dan Bintang merasa kasihan karena sampai saat
itu mereka masih tercukupi berkat kekuatan sihir yang mereka miliki. Bulan dan
Bintang pun memutuskan untuk membantu warga secara diam diam menggunakan
kekuatan sihir mereka.
Pada
awalnya, aksi Bulan dan Bintang berjalan lancar. Sampai suatu ketika, ada manusia
yang iri dengan Bulan dan Bintang. Ia iri karena Bulan dan Bintang tidak pernah
terlihat kesusahan meski kemarau panjang melanda. Ia penasaran bagaimana itu
bisa terjadi. Manusia itu pun diam-diam mengikuti kegiatan Bulan dan Bintang sampai
larut malam. Ia pun mendapat kebenaran yang mengejutkan bahwa ternyata Bulan
dan Bintang bisa menggunakan sihir dan telah menggunakan kekuatan sihir tersebut
untuk membantu warga yang kelaparan.
Bukannya
berterima kasih karena sudah banyak membantu, Manusia malah memergoki dan mengancam
Bulan dan Bintang. Manusia itu mengancam akan memberitahukan identitas asli
mereka kepada warga lalu akan menuduh bahwa kemarau ini disebabkan kekuatan
sihir yang mereka miliki. Bulan dan Bintang ketakutan apabila nantinya akan
diusir bahkan dibunuh. Akhirnya, Bulan dan Bintang memenuhi permintaan untuk mengabulkan
semua permohonan manusia tersebut.
Selama
bertahun-tahun, Bulan dan Bintang mengabulkan semua permintaan manusia yang
telah memergoki mereka. Suatu hari ada manusia lain yang mengetahui kekuatan Bulan
dan Bintang. Hingga akhirnya, kabar tentang Bulan dan Bintang telah tersebar ke
segala arah. Mereka lalu diperebutkan manusia satu sama lain karena keserakahan
manusia. Bulan dan Bintang akhirnya dikurung agar tidak kabur dan harus terus
menerus mengabulkan permintaan manusia tanpa istirahat.
Karena
tidak tahan dengan kehidupan yang seperti itu, Bintang membuat rencana untuk
kabur. Ia tidak tahan dengan perbuatan manusia yang sangat serakah. Bintang dan
Bulan pun membagi tugas. Mereka berdua secara bergantian menggunakan sihir
antara untuk membuat portal ke dunia sihir dan melayani manusia. Setelah lima
hari berjuan, mereka berhasil berhasil membuka portal itu. Mereka segera
memasuki dunia sihir untuk memulai kehidupan baru di sana.
Para
manusia yang ditinggalkan Bulan dan Bintang akhirnya hidup kesusahan. Bahkan
kehidupan mereka lebih susah daripada ketika ketika terkena kemarau panjang.
Para manusia sudah kehilangan kemampuan dan keterampilan mereka karena sebelumnya
terlalu bergantung kepada sihir Bulan dan Bintang. (zh-ed)
Karya: M. Hubbi Azza EL Qosyad kelas 6 Kesultanan Bima
Baca Chapter Selanjutnya di bawah ini:
Mama…
Engkaulah tempat berteduhku
Engkaullah penyemangat hidupku
Mama…
Jika aku bersedih, hanya tanganmu lah yang
selalu memelukku
Jika aku Bahagia, tetap tangamu lah yang selalu
memelukku
Mama…
Engkaulah yang mendidikku dengan keikhlasan
Mendidikku dengan kesabaran
Mama…
Maafkan aku, bila aku punya salah
Maafkan aku atas semua salahku
Mama…
Di setiap doamu, namaku selalu selalu
engkau sebut
Hanya doa-doamulah yang selalu aku harapkan
Mama…
Doakan anakmu ini, agar sukses di kemudian
hari
Aku hanya bisa mendoakanmu
Allahummaghfirli dzunubi waliwalidayya,
warhamhuma kama rabbayani saghira
kelas 5 Kesultanan Bone
Adel adalah anak yang periang. Ia tak pernah melewati hari kecuali dengan rasa semangat dan ceria. Tetapi hari itu, dia bermuram durja. Senyum tak menghiasi wajahnya. Ia bermuka masam sambil bermain pasir sendirian di taman. Padahal hari itu adalah hari ulang tahunnya. Ada apa gerangan?
“Hore, besok adalah hari ulang tahunku! Ayah,
ibu, dan semua teman pasti akan mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan
hadiah kepadaku,” ucap Adel ceria dalam hati sehari sebelum hari ulang tahunnya.
Keesokan harinya, setelah Adel bangun tidur
dan membereskan tempat tidur dan dilanjutkan shalat subuh, ia segera bergegas
menemui ibunya yang sedang menyiapkan sarapan dan bertanya;
“Ibu! Ibu tahu nggak, sekarang hari apa?”
tanya Adel.
“Sekarang kan hari Minggu. Memangnya ada
apa, Adel?” jawab Ibu.
“Ah, mungkin ibu lupa. Aku ganti saja
pertanyaannya,” batin Adel.
“Kalau sekarang ini tanggal berapa, bu?”
“Sekarang tanggal 19 November,” kata Ibu
sambil memasak tanpa menoleh ke wajah Adel.
“Ih, Ibu bagaimana, sih! Sekarang kan hari
ulang tahunku. Masak ibu lupa!”
“Astaghfirullah, iya nak. Maaf ibu
lupa. Selamat ulang tahun ya. Maaf, ibu dan ayah tidak sempat menyiapkan apa-apa
untuk hari ulang tahunmu”
Mendengar jawaban ibunya, Adel kesal. Ia lalu
pamit keluar.
“Adel tidak sarapan dulu?” tanya Ibu.
“Adel tidak lapar. Adel mau bermain di luar
saja,” Jawab Adel ketus.
Karena orang tua Adel lupa dengan hari
kelahiran anaknya sendiri, ia memilih bermain di luar. Siapa tahu ia bertemu
teman-teman sekelasnya.
“Kalau teman-teman pasti ingat. Bulan
yang lalu saja waktu Fairuz ulang tahun, aku dan teman-teman sekelas yang lain merayakan
dan memberi hadiah untuk Fairuz,” batin Adel.
“Eh, itu ada Novi dan Ayu. Novi, Ayu, kalian
sedang apa?” teriak Adel sambil melambaikan tangan dan bergegas menghampiri
sahabatnya itu.
“Eh Adel. Maaf ya Adel, kami sedang
terburu-buru. Ada sedikit urusan,” kata Novi.
“Iya del, maaf hari ini tidak bisa
menemanimu bermain,” timpal Ayu.
“Memangnya mau ke mana? Aku ikut ya!” kata
Adel.
Novi dan Ayu tidak menjawab, tapi segera
bergegas pergi meninggalkan Adel.
“Mereka berdua kenapa sih, koq aneh sekali
tidak seperti biasanya,” gerutu Adel.
Hal sama juga terjadi ketika Adel bertemu
teman-teman sekelasnya yang lain. Aqila, Rizki, Aziz, Izza, dan teman-teman
lainnya, bahkan Fairuz yang ketika ia ulang tahun Adel memberikan hadiah
kepadanya, semua seperti menghindar ketika melihat Adel. Adel pun kesal dan
memutuskan bermain sendiri di taman. Tak terasa air mata menetes di pipinya.
“Ayah dan ibu jahat. Teman-teman juga sama.
Kenapa mereka berbuat seperti itu di hari ulang tahunku,” ujar Adel.
Tak terasa matahari mulai meninggi dan hari
mulai panas. Tiba-tiba terdengar suara krucuk-krucuk dari perut Adel.
“Oia, aku kan belum sarapan,” kata Adel.
Ia akhirnya memutuskan untuk pulang sambil
menahan rasa kesal di hati. Sampai rumah, ia segera membuka pintu dan
mengucapkan salam,
“SELAMAT ULANG TAHUN ADEL!”
Adel sangat kaget. Ayah, ibu, semua teman
sekelas, bahkan ibu guru menyambut Adel dengan pesta kejutan.
“Selamat ulang tahun Adel.” Ini kue ulang
tahun dari kami” Ini hadiah dariku. Selamat ulang tahun ya” “Maaf ya sudah
mengerjaimu” “Semoga Panjang umur” “Semoga tercapai semua cita-citamu”
Bertubi-tubi Adel mendapatkan ucapan
selamat dan doa dari orang tuanya. Ia juga mendapatkan banyak hadiah dari
teman-temannya. Ia kembali meneteskan air mata dari kedua matanya karena
terharu.
“Terima kasih ayah, ibu, teman-teman, dan
juga ibu guru. Terima kasih atas pesta kejutan dan doa yang kalian ucapkan. Semoga
doa-doa itu dikabulkan oleh Allah dan semoga Allah juga memberkahi kalian
dengan doa yang sama dengan yang kalian ucapkan padaku,” kata Adel.
Adel yang tadinya murung, kini kembali
ceria. Ia merasa bahwa itu adalah salah satu hari ulang tahun terbaik dalam
hidupnya. (zh-ED)
Kelas 5 Kesultanan Wajo
Meski kata tak merangkai cerita
Meski terkadang engkau melelahkan mata
Namun aku tetap setia
Untuk semangat membaca
Membaca
Engkau mengajariku banyak hal
Dari yang nyata sampai yang hayal
Engkau membuatku lebih berakal
Malu aku padamu
Karena pernah mengabaikanmu
Miskin aku akan ilmu
Tanpa hadirnya dirimu
kelas 5 Kesultanan Adonara
Buku . . .
Namaku singkat
Tetapi, aku memiliki isi yang sangat padat
Membacaku kau tak akan pernah ragu
Akulah buku
Bacalah aku
Pasti kau akan tahu isi dalamku
Ilmu pengetahuan kan kau dapati
Setelah membacaku
Aku adalah buku
Sayangilah aku
Yang kau jadikan pintu dalam mencari ilmu
Akulah sumber ilmu pengetahuanmu
Kelas 5 Kesultanan Adonara
Ke pasar lama beli terasi
Samai rumah di makan kadal
Jika ingin jadi anak berpresatasi
Jangan lupa sekolah di MIN 1 Kendal
Makan babat di
kota baru
Sambil lihat
indahnya kota
Anak hebat
hormati guru
Karena mereka
pahlawan kita
Ada rumput di makan sapi
Sapinya mati dibuat qurban
Anak sekolah kreatif dan rapi
Agar semangat gapai masa depan
Mulutku ternganga...
Seakan aku tak percaya
Mataku terbuka
dengan perasaan penuh kecewa
Hatiku dirundung duka
ketika mataku melihat dunia luar
ternyata tak seindah dulu lagi
Hiruk pikuk manusia
asap-asap beracun
hutan-hutan terbakar
lautpun menampakkan kemarahannya
Sungai-sungai meluap
tanah-tanah longsor
gunung-gunung meletus
dan gempa bumi
Semua itu adalah bencana yang membuat kita rugi
Ayo, kita benahi alam
kita hijaukan bumi ini
untuk selamatkan bumi pertiwi
demi kemakmuran kita bersama
oleh : Harun Rama Satsono ( Kelas 5 )