Berita Utama

PENGUNJUNG

Hanif Ahmad Lancar Juz 30 Bil Ghoib

On 11:39 AM


Kendal
– Program Tahfidh Takhasus MIN 1 Kendal melaksanakan simakan juz 30 bil ghoib, Sabtu (15/4). Adapun yang disimak adalah salah satu peserta Program Tahfidh Takhasus, Hanif Ahmad dari kelas 4 Kesultanan Kutai. Pada kesempatan itu, Hanif dengan lancar membaca juz 30 bil ghoib yang dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 40 menit.

Sebagai madrasah berkeunggulan tahfidh, MIN 1 Kendal mempunyai Program Tahfidh Takhasus. Dalam program ini, pesertanya disyaratkan siswa yang sudah hafal juz 30. Siswa tersebut lalu menyetorkan ulang hafalannya kepada pembimbing tahfidh. Setelah selesai menyetorkan hafalannya mulai dari surat An-naba’ sampai surat An-Nas, siswa bisa melanjutkan menghafal dan menyetorkan juz 29, tetapi ada syaratnya. Syaratnya adalah harus menjalani ujian tasmi dengan disimak hafalan juz 30-nya dalam satu waktu oleh pembimbing dan disiarkan secara online.

Kepala MIN 1 Kendal, Subiyono, mengapresiasi terselenggaranya ujian tasmi’ ini. Ia berharap, kegiatan itu bisa menjadi motivasi bagi siswa MIN 1 Kendal yang lain untuk semakin meningkatkan kompetensinya dalam menghafalkan Alquran. Ia juga bangga dengan Hanif yang telah berani menjadi anak pertama yang diuji hafalannya.

“Semoga program ini bisa betul-betul mewujudkan MIN 1 Kendal sebagai madrasah berkeunggulan tahfidh,” harap Subiyono. 

Adapun Muhamad Zubair Hasan, salah satu pembimbing tahfidh MIN 1 Kendal sangat bangga atas prestasi Hanif. Meski ketika disimak, Hanif beberapa kali salah membaca, tetapi ketika diingatkan, ia bisa memperbaiki dan meneruskan bacaannya hingga akhir.

“Kalau ada kesalahan ketika membaca bil ghoib karena lupa, itu hal yang biasa. Mengutip dawuh Nyai Hannah dari Lirboyo, tugas utama seorang hafidh adalah selalu muroja’ah. Adapun apabila bisa lancar, maka itu merupakan anugerah dari Allah,” pesan Zubair. 

KULTUM RAMADHAN: Tingkatan Orang Berpuasa

On 10:20 AM

Oleh: Nur Kholis, S.Pd.I, M.Pd.

Bulan Ramadhan memiliki kedudukan istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Kemuliaan Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat, bulan dimana amal ibadah kita akan dilipatgandakan pahalanya. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, setan-setan dibelenggu, Pintu Surga dibuka dan pintu neraka ditutup, bulan mustajab untuk berdo’a, bulan yang di dalamnya Al Qur’an diturunkan, bulan yang di dalamnya ada malam yang dinamakan Lailatul Qadar yang lebih mulia dari seribu bulan, dan masih banyak lagi kemuliaan bulan Ramadhan.

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam. Hal itu dijelaskan dalam QS. Al Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ (البقرة: 183)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Puasa Ramadhan juga termasuk ibadah yang mendapatkan pahalanya dari Allah SWT sangat besar. Hal tersebut sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya:

‘Sesungguhnya Allah SWT berfirman, setiap kebaikan diberi pahala 10 kali hingga 700 kali lipat. Sedangkan puasa Ramadhan untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi pahala puasanya (tanpa batas jumlah pahala)’. Al-Hadits.

Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Ihya’ ‘Ulumuddin menjabarkan ada tiga golongan atau tingkatan orang berpuasa.

1. Shaum al-‘Umum
Pada tingkatan ini, dikategorikan
sebagai tingkatan puasa paling rendah. Orang yang berada pada tingkatan ini melaksanakan ibadah puasa hanya sekedar mboten dahar, mboten ngunjuk. Jadi orang tersebut hanya menahan lapar dan haus saja.

2. Shaum al-Khusus

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya menjelaskan:

وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام

Artinya, “Adapun puasa khusus adalah mengendalikan pendengaran, penglihatan, ucapan, tangan, kaki, dan seluruh anggota badan dari dosa,” (Al-Ghazali, 2018 M: I/296). Jadi pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri agar tidak melakukan dosa dan maksiat selama berpuasa.

3. Shaum al-Khusus al-Khusus

Tingkatan puasa ini bisa dikatakan merupakan level puasanya para Nabi, orang-orang shalih hingga para kekasih Allah SWT/waliyyullah. Pada tingkatan ini, selain menahan lapar, haus, dan menahan diri dari perbuatan maksiat, juga memuasakan hati dan pikiran dari segala cita-cita hina, termasuk melepas dari segala pikiran duniawi, serta mencegah dari sisi lain selain Allah SWT.

Semoga kita minimal bisa berpuasa dengan tingkatan minimal pada tingkatan golongan yang kedua. Amin. (zh)